The Next Crypto Bull Run

Can we predict any future bull runs in crypto based on the factors that have predisposed the previous ones? In the article down below, you’ll find a quick description of Bitcoin’s most significant…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




The 5 boys are already in the Sky.

Bunda telah berdiri di depan pintu kamar rawat Olivia di rumah sakit. Menekan gagang pintu perlahan, pemandangan pertama yang ia temukan ialah gadis itu sedang meringkuk sambil menggigiti ujung kuku jemarinya sendiri. Tidak dapat dipungkiri perasaan nyeri di dada Bunda yang melihat Olivia seperti itu. Di mana mendadak membuat jantungnya serasa jatuh ke dengkul. Menarik nafas dalam, Bunda mencoba menguatkan diri untuk tidak menangis. Bunda pun akhirnya melangkahkan kaki untuk mendekat ke arah Olivia.

“Liv.. nak, sayang. Ini Bunda.” Usapan di kepala Bunda berikan terhadap Olivia, membuat gadis itu berhenti menggigiti kuku jemarinya dan langsung menghujam tubuh Bunda, memeluknya dengan begitu erat. Bunda balas pelukan itu tak kalah erat sambil mengelus-elus punggung Olivia.

“Bunda, hari ini aneh banget. Olivia takut.”

Pelukan pun dilepas secara perlahan, agar keduanya dapat berbicara dengan saling menatap satu sama lain.

“Aneh kenapa, sayang? Ceritain ke Bunda pelan-pelan.”

Olivia mulai bercerita. Ia menceritakan mulai dari dua hari yang lalu ia bepergian bersama kelima saudaranya, kemudian bagaimana mereka melakukan perjalanan dengan menaiki mobil dari Pak Royan yang disetir oleh Juan, insiden dirinya tumbang, hingga sampai cerita di mana mereka pergi ke kolam dan dirinya tumbang lagi.

“Sebelum aku tumbang, mereka selalu nanyain hal aneh. Tentang mereka yang nanya kalo mereka nggak bisa lagi nemenin aku.”

Bunda masih mendengarkan, ia tidak ingin memberikan tanggapan apa-apa sebelum Olivia selesai bercerita.

“Terus.. t-tadi pas Oliv bangun, c-chat mereka hilang, Bunda. Foto-foto yang Oliv ambil juga ngga ada. Bunda, Oliv takut. Ini bukan khayalan Oliv aja, kan? Sekarang, mereka ke mana?”

Dan sampai pertanyaan ini, Bunda kembali memeluk Olivia. Bunda yang sedari tadi berusaha tenang, kali ini tidak dapat menahan tangisnya. Pertahanannya runtuh.

Karena, Bunda tahu. Setelah ini, jawabannya akan lebih menyakitkan bagi Olivia.

Bunda merasa tidak siap, namun ia tidak boleh membiarkan Olivia terus terperangkap dalam lingkup waktu yang semu.

“Oliv, dengarkan Bunda baik-baik. Oliv harus menerima apapun jawaban yang Bunda berikan, bisa? Bunda yakin Olivia selama ini anak yang kuat. Anak yang hebat. Olivia sudah terbiasa melalui hal berat sejak dulu. Jadi, Oliv harus bisa juga menerima yang ini, ya?”

Olivia mengeratkan cengkramannya pada punggung Bunda, mempersiapkan diri untuk mendengar jawaban.

“Olivia, dua hari yang lalu, kamu jalan sendiri keluar kamar, terus ditemukan nggak sadarkan diri. Kamu sempat bangun kemarin, sempat memakan sarapan yang bunda kasih, tapi kamu setelahnya drop lagi, karena kamu nggak minum obat kamu.”

Bunda menghela nafasnya sejenak.

“Kamu nggak pernah pergi bareng keluar sama adik-adik kamu.”

Air mata Olivia mengucur deras. Jadi, yang kemarin tidaklah nyata. Itu hanya bagian dari mimpinya selama tidak sadarkan diri.

Olivia melepaskan pelukan keduanya.

“Terus mereka sekarang kemana, Bunda? Kenapa Bunda nggak dateng sama mereka? Bukannya sekarang udah sore banget, lebih daripada jam 3. Mereka udah pulang sekolah, kan? Mereka juga enggak bales pesan aku.” Ia bertanya sambil matanya terus berlinang air mata. Bunda yang melihat ini dibuat tak tega, kemudian ikut terisak. Olivia yang melihatnya, menjadi kebingungan.

“Bunda, k-kok nangis?”

Bunda semakin terisak hingga kepalanya menunduk. Melihat Bunda yang begini, emosi Olivia naik. Dirinya merasakan perasaan aneh, sebuah pertanda hal yang tidak menyenangkan.

“Bunda, jangan begini! Bunda kenapa nangis? Bun!” Suara Olivia meninggi, dirinya mengguncangkan pundak Bunda berkali-kali, hingga akhirnya Bunda membuka suara.

“Mereka nggak akan pernah bisa datang lagi, Olivia..”

Tangannya yang mencengkeram pundak Bunda melemas.

“Mereka sudah tiada.. Liv.. Kecelakaan bis, satu bulan yang lalu saat mereka mau karyawisata..”

Add a comment

Related posts:

Increase Your Luck Surface Area To Get More Customers

You have a good idea, or you are trying to get something done. How do you increase your chance of success? One useful notion of how to improve your chances for a conversation, a suggestion, or an…

An Actor I Loved Turned Into a Man I Found Repugnant

I watched a TV series titled Kung Fu and liked the main character, Caine, played by David Carradine. The series revolved around a Shaolin monk wandering around the old west in an attempt to reconnect…